Dari lubuk hatiku burung terbang dan membumbung ke angkasa. Meski makin tinggi membumbung, tapi tampak makin membesar.
Mula-mula seperti burung layang-layang, kemudian seperti camar, lalu seperti elang, lantas sebesar awan musim semi, selanjutnya melayang di langit yang penuh bintang.
Dari lubuk hatiku seekor burung terbang membumbung ke angkasa. Ia semakin besar selagi terbang. Namun ia tidak berpaling dari hatiku.
Wahai imanku, pedoman yang belum teguh, bagaimana aku mungkin terbang menuju puncakmu, dan melihat bersama sosok insan yang lebih besar dan terlukis di langit?
Bagaimana aku dapat menciptakan lautan ini bersamaku menjadi kabut, lalu melayang bersamamu dalam ruang semesta tanpa matra?
Bagaimana seorang narapidana di dalam kuil dapat melihat kubah emas kuil itu?
Dapatkah biji buah digelembungkan sehingga dapat merangkum buahnya?
Wahai imanku, aku terantai di balik palang-palang perak dan kayu hitam, sehingga aku tak dapat terbang bersamamu.
Namun dari lubuk hatiku engkau membumbung ke angkasa. Hatikulah yang ingin menggapaimu, sehingga terasa lega di dada.
(dari: sang pralambang)
- Terkini
- Komentar
Twitter
Video
Penyair
Abdul Hadi Widji Muthari
(24)
Abdurrahman Jami
(1)
Abu Nawas
(1)
Abu Tanam
(1)
Aidh al-Qarni
(2)
Aisyah ra.
(2)
Al Futuhat
(1)
Al Ghazali
(1)
Al Muktashim
(2)
Ali Bin Abi Thalib.
(1)
An-Niffari
(3)
As-Sadi Asy-Syairazi
(1)
As-Sanai
(6)
Asy Syafii
(13)
BJ Habibie
(2)
Bung Karno
(4)
Chairil Anwar
(72)
Dorothy Law Nolte
(2)
Elia Abu Madhi
(1)
Fariduddin Attar
(4)
Gabriela Mistral
(1)
Hafiz
(5)
HAMKA
(6)
Hamzah Al-Fansuri
(5)
Hasan al Basri
(1)
Ibn ‘Arabi
(2)
Ibnu Sina
(1)
Imam Bukhari
(1)
Jalaluddin Rumi
(108)
KH. Abdurrahman Wahid
(1)
Khalil Gibran
(62)
Muhammad Iqbal
(7)
Mustofa Bisri
(6)
Rabiah
(21)
Sunan Bonang
(2)
Sunan Kalijaga
(1)
Taufiq Ismail
(38)
Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud
(1)
Umar Khayyam
(17)
Unknown
(2)
WS Rendra
(23)
Yunus Emre
(16)
0 comments