Ibumu yang sebenarnya hidup di samudera,
tapi pengasuhmu unggas daratan.
Jiwamu yang paling dalam mengarah ke lautan.
Setiap gerakan darat yang kaubuat,
kau pelajari dari pengasuhmu, ayam kampung.
Sudah datang saatnya kamu bergabung!
Pengasuhmu akan menakut-nakuti kamu dengan air garam,
tapi jangan dengarkan dia!
Samudera adalah rumahmu, bukan kandang ayam yang berbau.
Kamu adalah raja, putera Adam, yang dapat menempuh lautan dan daratan.
Malaikat tidak berjalan di atas bumi, dan binatang tidak berenang di samudera ruhani.
Kamu adalah lelaki atau wanita.
Kamu adalah keduanya.
Kau berjalan tertatih-tatih, dan kamu terbang melingkar berputar mengarungi angkasa.
Kita adalah burung-burung air, duhai anakku.
Samudera mengenal bahasa kita dan mendengar kita dan menjawab kita.
Laut adalah Sulaiman kita.
Melangkahlah ke dalamnya dan biarkan air Daud,
membuat kita menjadi tetes indah bersama riaknya.
Lautan selalu di sekitar kita, tapi karena kesombongan dan kealpaan kita,
kadang-kadang kita selalu mabuk laut.
___________
Sumber: Matsnawi III: 3766-3810
- Terkini
- Komentar
Twitter
Video
Penyair
Abdul Hadi Widji Muthari
(24)
Abdurrahman Jami
(1)
Abu Nawas
(1)
Abu Tanam
(1)
Aidh al-Qarni
(2)
Aisyah ra.
(2)
Al Futuhat
(1)
Al Ghazali
(1)
Al Muktashim
(2)
Ali Bin Abi Thalib.
(1)
An-Niffari
(3)
As-Sadi Asy-Syairazi
(1)
As-Sanai
(6)
Asy Syafii
(13)
BJ Habibie
(2)
Bung Karno
(4)
Chairil Anwar
(72)
Dorothy Law Nolte
(2)
Elia Abu Madhi
(1)
Fariduddin Attar
(4)
Gabriela Mistral
(1)
Hafiz
(5)
HAMKA
(6)
Hamzah Al-Fansuri
(5)
Hasan al Basri
(1)
Ibn ‘Arabi
(2)
Ibnu Sina
(1)
Imam Bukhari
(1)
Jalaluddin Rumi
(108)
KH. Abdurrahman Wahid
(1)
Khalil Gibran
(62)
Muhammad Iqbal
(7)
Mustofa Bisri
(6)
Rabiah
(21)
Sunan Bonang
(2)
Sunan Kalijaga
(1)
Taufiq Ismail
(38)
Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah bin Mas’ud
(1)
Umar Khayyam
(17)
Unknown
(2)
WS Rendra
(23)
Yunus Emre
(16)
0 comments